Caligula, Zaman Suram Kekaisaran Romawi

Caligula, Zaman Suram Kekaisaran Romawi I Gaius Julius Caesar Augustus Germanicus lahir di Antium pada tanggal 31 Agustus 12 M, dia masih keturunan dari Caesar August sebagai Buyutnya. Dia anak bungsu dari pasangan Germanicius dan Vipsania Agrippina Maior.

Gaius adalah anak tentara, dan tidak heran jika masa kecilnya banyak dibesarkan di perkemahan tentara. Sewaktu kecil dia suka sekali menggunakan seragam tentara yang khusus dibuat untuk tubuhnya yang masih kecil, lengkap dengan baju besi dan sepatu tentara pada zaman itu yang disebut "Caliga". Maka dia pun mendapakan julukan "Caligula", yang artinya bermakna "Prajuit kecil yang mengenakan Caliga". Nama panggilan itu pun menjadi lekat dengannya walau dia tidak suka dengan panggilan tersebut.

Ayahnya meniggal pada saat usianya 7 tahun, Germanicus diracun di Syiria oleh kaki tangan Tiberius (yang merupakan sepupu dari kakeknya), yang menganggap Germanicus sebagai saingan politiknya. Ibu Caligula yang menuntut Tiberius atas kematian suaminya akhirnya dibuang oleh Tiberius dan tewas kelaparan. Tiberius juga menyuruh prajuritnya untuk membunuh kedua kakak laki-laki Caligula (Nero dan Drusus) dengan alasan pengkhianatan. Caligula dan beberapa kakak-kakak perempuannya tidak dibunuh, karena Tiberius menganggapnya masih kecil. Mereka diasingkan dan dipaksa tinggal di Capri (Capreae) yang merupakan sebuah pulau di laut lepas Semenanjung Sorrentine, di bagian selatan Teluk Napoli. Capri adalah tempat peristirahatan pribadi Tiberius.

Ditahun 33 M, Tiberius memberikan Caligula sebuah gelar kehormatan "Quaestor", posisi yang dipegangnya berurusan dengan keuangan dan laporannya langsung dengan Kaisar. Caligula merupakan seorang aktor yang hebat, selama berurusan dengan Tiberius, dia dapat menyimpan dendamnya dengan sempurna, sehingga meningkatkan rasa percaya Tiberius padanya. Ditahun yang sama Caligula menikahi Junia Claudilla, sayangnya dia meninggal beberapa tahun kemudian saat melahirkan.

Karena Tiberius sangat percayaan pada Caligula, diapun mencantumkan nama Caligula untuk menjadi pewaris bersama dengan Tiberius Gemellus (Cucu Tiberius).

Pada masa-masa ini, Caligula berteman dengan seorang Komandan Praetorian, benama Naevius Cordus Sertorius Macro, yang menjadi sekutunya. Diam-diam mereka merencanakan perebutan tahta Kaisar dari tangan Tiberius.

Dalam sebuah cerita pada tanggal 16 Maret 37 M, Caligula dan Marco berhasil membunuh Tiberius yang pada saat itu telah berumur 77 tahun, dan merampas cincin lambang kekaisaran dari jari Tiberius, sehingga membuat Caligula menjadi Kaisar pengganti Tiberius. Caligula mencabut hak pewaris saingannya Tiberius Gemellus dengan menganggap Tiberius Gemellus telah menjadi gila. 

Pada awal-awal kepemimpinannya rakyat begitu gembira dan dia mendapatkan kekaguman karena royal pada rakyat. Di ceritakan dalam sejarah bahwa dia telah memberikan lebih dari 160.000 hewan yang dikorbankan selama tiga bulan yang diberikan untuk rakyat merayakan pesta pemerintahan baru. Dan, untuk mendapatkan dukungan dari militer, dia memberikan bonus besar bagi prajurit khususnya Pengawal Praetorian, yang berada di kota maupun yang ada di luar kota. Dia juga membantu orang-orang yang telah merasa telah dirugikan oleh sistem pajak kekaisaran sebelumnya. Dia sangat pandai memuaskan rakyat, seperti menyediakan pertandingan gladiator. 


Untuk mengenang keluarganya, Caligula mengumpulkan kembali tulang-tulang ibunya dan saudara-saudaranya yang telah dibunuh Tiberius, membuatnya menjadi abu dan disimpan di makam Caesar August.

Fakta Kegilaan pada Caligula

Enam bulan yang bahagia pada kepemimpinannya. Namun, sekitar bulan Oktober 37 M, Caligula mendapatkan sakit parah, penyakitnya bahkan tidak diketahui oleh ahli pengobatan. Sakitnya tersebut membuat kekhawatiran besar bagi rakyatnya. Setelah sembuh dari sakitnya, Caligula terlihat menjadi pribadi yang berbeda dari sebelumnya. Dia mulai paranoid, dan ditutupinya dengan keangkuhannya. Beberapa sejarawan Yahudi, Kristen dan Muslim dari abad setelahnya bahkan beranggapan bahwa Caligula mungkin telah dirasuki setan.

Dia cemas dan mulai takut jika kekaisarannya akan direbut orang lain. Langkah pertama untuk mengokohkan Kekaisarannya adalah dengan membunuh Tiberius Gamellus yang merupakan saingannya dalam posisi pewaris tahta, sebagian para sejarah percaya bahwa Tiberius Gamellus diracun olehnya. Bahkan, dia juga memaksa Macro, sekutu yang telah membantunya naik menjadi Kaisar untuk bunuh diri, dia khawatir Marco akan membocorkan rahasia pembunuhannya pada Kaisar sebelumnya. Begitu juga Marcus Junius Silanus, ayah dari almarhum istrinya Junia Claudilla, dipaksanya untuk bunuh diri dengan alasan yang tidak jelas.

Dia mulai memerintahkan pembunuhan terhadap siapa saja yang pernah tidak sepaham dengannya, atau bahkan tidak setuju terhadap mengenai keputusannya. Gubernur yang baru pensiun dari Pannonia tidak luput diperintahkan untuk bunuh diri, karena khwatir ancaman makar.

Pernah sekali, pada saat acara Gladiator kehabisan pemain, dan acara berikutnya adalah bertarung dengan singa. Ia memerintahkan Pengawal nya untuk menyeret lima baris pertama dari penonton ke dalam arena.

Kepribadian Caligula pun menjadi semakin tidak seimbang, dia mulai mengakui dirinya sebagai Tuhan. Dia sering sekali berdandan sebagai Apollo, Venus, Mercury dan Hercules. Dia membangun sebuah altar tempat orang-orang harus menyembah dirinya. Dia juga memerintahkan agar rumah-rumah ibadat memajang patung dirinya. Tindakan Caligula telah banyak yang melebihi batas, dia menaikkan pajak yang tinggi untuk membantu membayar pengeluaran pribadinya. Rumah-rumah bordil bebas beroperasi dan harus membayar pajak. Bahkan, sebagian dari cerita sejarah dikatakan, bahwa dia telah membuat rumah bordil sendiri di sayap istana kekaisaran. Kegilaannya akan seks semakin menjadi-jadi, dia juga suka melakukan hubungan seks dimuka umum, saat perjamuan dan permainan, kadang-kadang di atas meja di tengah makanan dengan ketiga saudarinya sendiri Agrippina, Drusilla and Julia Livilla, walaupun dari dari mereka ada yang telah bersuami. 

Kebijakan Caligula sudah diluar akal sehat, dia mengajak kuda kesayangannya yang diberi nama Incitatus untuk turut serta dalam jamuan makan malam bersama tamu-tamunya yang rata-rata adalah Senator. Bentuk sayangnya pada Incitatus, kuda tersebut diberikan kalung dari batu mulia  dan mengenakan jubah ungu. Kandangnya pun dibuat khusus di dalam istana, yang terbuat dari gading yang diukir.

Para sejarahwan menggambarkan Caligula sebagai seorang Kaisar yang gila, egois, pemarah, suka membunuh hanya untuk kesenangan, suka foya-foya dan terlalu sering melakukan seks.

Kesenangannya akan membunuh dan menyiksa adalah menggunakan gergaji, dan bahkan menggigit testis pria.

Pada bulan September 39 M Caligula berangkat ke Jerman, disertai dengan Prajurit Praetorian dan saudari-saudari perempuannya Julia Agrippina, Julia Livilla dan iparnya yang bernama Marcus Aemilius Lepidus (Suami dari Saudarinya Caligula yang bernama Drusilla yang telah meninggal). Misinya adalah untuk melanjutkan ekspansi ayahnya Germanicus saat di Rhine. Sebelum berangkat dia telah tahu bahwa Komandan tentara di Jerman, Cnaeus Cornelius Lentulus Gaetulicus, telah berkonspirasi untuk membunuhnya. Setibanya di Jerman tidak hanya Gaetulicus tetapi juga Lepidus juga dihukum mati oleh Caligula. Julia Agrippina dan Julia Livilla dibuang begitu saja dan harta benda mereka disita oleh Kaisar.

Kematian Caligula dan Keluarganya


Tanpa sepengetahuan Caligula ternyata masih ada konspirasi lain yang akan segera menghancurkan semua kegilaanya itu. Caligula tidak mengetahui konspirasi pembunuhan untuknya sedang direncanakan oleh pengawal Praetorian, Marcus Arrecinus Clemens. Untuk menghindari kecurigaan, mereka mengajak beberapa dari senator untuk ikut dalam komplotan. Salah seorang dari mereka bernama Cassius Chaerea, seorang petugas Praetorian bersedia untuk menjadi pengeksekusinya, yang memang menaruh dendam karena pernah diejek didepan umum oleh Caligula saat sidang senat, Chaerea dikatakan banci karena mempunyai suara yang kecil dan tidak mampu untuk mengumpulkan pajak.

Pada tanggal 24 Januari 41, Chaerea dan pengawal lainnya mendatangi Caligula yang sedang menangani kelompok pemuda bermain drama yang diadakan untuk memperingati leluhurnya Augusts. Chaerea langsung menusuk Caligula sebagai yang pertama, diikuti oleh sejumlah konspirator lain. Kematian Caligula sangat mirip dengan Julius Caesar, dia mendapatkan 30 kali tikaman oleh komplotan yang dipimpin oleh seorang pria bernama Cassius Chaerea.

Senat berusaha untuk menggunakan kematian Caligula sebagai kesempatan untuk mengembalikan Republik. Walau sedikit mendapat perlawanan dari pasukan Jerman yang setia pada Kaisar, isu perlawanan tersebut dihembuskan dari pihak keluarga Caligula. Merasa tidak nyaman dengan berlama-lama dengan dukungan Kaisar yang semakin meluas, yang menuntut agar pembunuh Caligula di bawa ke pengadilan. Maka para pembunuh Caligula mencari dan menikam istri Caligula yang keempat, bernama Caesonia, dan membunuh anak perempuan mereka, Julia Drusila, dengan cara menghancurkan kepalanya ke dinding. 

Sayangnya mereka tidak dapat menemukan paman Caligula, yang bernama Claudius, yang diam-diam keluar dari kota. Setelah Caludius diselamatkan seorang prajurit yang setia pada Kaisar, diapun pergi ke kamp Praetorian yang terdekat dan yang masih setia pada Kaisar. Claudius menjadi kaisar setelah mendapatkan dukungan dari Praetorian yang masih setia pada Kaisar dan memerintahkan eksekusi pada Chaerea dan setiap konspirator yang terlibat dalam kematian Caligula.


Demikianlah akhir dari masa tirani Caligula yang hanya berjalan 4 tahun saja.


Klik disini untuk melihat koleksi gambar-gambar lain yang berhubungan dengan Caligula

No comments:

Post a Comment