Misteri Kutukan Makam Shakespeare



Misteri Kutukan Makam Shakespeare | Koleksi kata-kata Shakespeare amat dikenal dunia. Tapi, bagi sebagian besar orang, kehidupannya adalah misteri. Tidak hanya kehidupannya saja yang penuh dengan misteri, kematiannya pun tak luput dari misteri. Shakespeare dimakamkan di Holy Trinity Church di Stratford, Inggris. Ia meletakkan kutukan pada siapa pun yang berani memindahkan tubuhnya dari tempat peristirahatan yang terakhir. Shakespeare sudah menduga dan memperkirakan betul bagaimana perilaku keserakahan manusia di masa-masa mendatang. Karena itu Shakespeare sudah menyiapkan sebuah kutukan untuk melindungi dirinya di saat sudah meninggal.

Kutukan yang diukir pada kuburan Shakespeare inilah yang mungkin telah menyelamatkan kerangkanya dari penggalian. Pada batu nisan terukir di lempengan batu yang menutupi makamnya termasuk kutukan terhadap tulang yang bergerak, yang dengan hati-hati dihindari selama restorasi gereja pada tahun 2008

Penggalian tulang orang mati biasa terjadi pada masa Shakespeare, baik untuk tujuan keagamaan atau penelitian. Kerangka yang ditemukan seringkali diangkat untuk memberi jalan bagi kuburan lain dan ditimbun di tempat penimbunan tanah atau bahkan digunakan sebagai pupuk.

Melihat fakta itu, dramawan Inggris tersebut menjadi sangat khawatir peristiwa semacam itu akan terjadi pada kerangkanya sendiri sehingga dia meminta dituliskan sebuah kutukan di makamnya di Holy Trinity Church, Stratford-on-Avon, sebagai peringatan bagi penggali kuburan setelah ia meninggal pada 1616.

“Good frend for Jesus sake forebeare,/ To digg the dust encloased heare;/ Bleste be the man that spares thes stones,/ And curst be he that moves my bones,” demikian tulisan yang terpatri di makam penulis The Four Tragedies tersebut. 

Tulisan itu dapat diartikan :
"Baik teman, untuk sabar demi Yesus ',"
"Untuk menggali debu terlampir di sini."
"Terpujilah orang bahwa suku cadang batu-batu ini,"
"Dan harus mengutuk dia yang bergerak tulang-tulangku."

Kalimat kutukan terlihat di kalimat terakhir “And curst be he that moves my bones” (“Dan terkutuklah dia yang memindahkan tulang-tulangku”).

Dr. Philip Schwyzer, dosen senior di Exeter University, berkata, “Shakespeare memiliki obsesi yang tak biasa dengan pemakaman dan kekhawatiran bahwa kuburannya akan digali orang. Prasasti keras di batu nisan setidak ikut bertanggung jawab atas kenyataan bahwa tidak ada proyek yang berhasil untuk membuka kuburan itu.”

Schwyzer, yang menyelidiki gagasan dalam buku baru “Archeologies of English Renaissance Literature”, menambahkan, “Tulisan di batu nisannya menandai pernyataan terakhirnya yang tak kenal kompromi mengenai pendapat yang memenuhi pikirannya sepanjang karirnya sebagai penulis drama.”

Mimpi buruk pribadi digambarkan dalam karya seperti Hamlet, Romeo and Juliet dan Richard III.

Kecemasan mengenai perlakuan buruk atau penggalian mayat ditemukan di setidaknya 16 dari 37 drama. Dari sana terlihat keprihatinan ini seringkali terlihat dibandingkan dengan kekhawatiran mengenai kematian itu sendiri

No comments:

Post a Comment